Perlu disadari kini banyak dijumpai anak-anak kecil atau sekarang banyak menyebut kids zaman now yang menggumamkan bahkan melantunkan nyanyian lagu-lagu dewasa—bukan lagu anak. Bahkan ada yang secara fasih dan hafal secara keseluruhan tiap kata dalam liriknya. Contoh saja lagu Sayang – Via Vallen, Asal Kau Bahagia – Armada, atau bahkan lagu luar We Don’t Talk Anymore – Charlie Puth; sering terdengar dinyanyikan anak-anak kecil di lorong-lorong gang sambil bermain dengan teman-temannya.
Generasi kelahiran 1990-an pasti kenal dengan lagu , Abang Tukang Bakso, , dan lainnya. Lagu-lagu tersebut sering sekali ditampilkan dalam tayangan hiburan di televisi, pentas seni, lomba antar sekolah, bahkan di pusat perbelanjaan. Namun sekarang keberadaan lagu anak populer pada jamannya itu seakan tergerus arus modernisasi. Berikut ulasannya.
Industri lagu-lagu dewasa lebih komersial dan punya daya jual tinggi.
Semakin langkanya lagu-lagu anak bukanlah tanpa alasan. Sebetulnya penyanyi cilik itu banyak dan tenar. Salah satu contohnya adalah CJR, hanya saja lagu yang dirilis bertemakan percintaan gejolak kawula muda. Lalu apa sebenarnya yang menjadi kendala?
Baca juga: 13 Pengamen Bersuara Emas Ini Rasanya Tak Kalah untuk Disandingkan Dengan Penyanyi Profesional
Pudarnya keberadaan lagu anak-anak di masyarakat Indonesia disebabkan ekspansi seni komersial. Seni komersial yang melekat pada industri lagu-lagu orang dewasa dinilai lebih memiliki nilai jual dan permintaan yang tinggi. Sehingga lagu-lagu dewasa pun dibawakan oleh penyanyi cilik dan didukung oleh produser untuk meraih tren yang disukai masyarakat.
Kurangnya dukungan dari media juga turut andil sebagai alasan berkurangnya peredaran lagu anak-anak di Indonesia.
Sekalinya ada penyanyi cilik yang mempunyai karya, ada keengganan media untuk merespon. Bahkan hanya untuk sekadar interview atau memutar lagu di radio-radio lokal. Misalpun ada, ya secukupnya saja dengan porsi yang tidak banyak. Jangkauan pemberitaan lagu karya anak bangsa pun sangat sempit.
Minimnya pemberitaan membuat produser musik lebih memilih mengucurkan uangnya untuk pendanaan penyanyi yang mengikuti tren musik. Sedikitnya media yang memberitakan, panggung-panggung pentas seni yang semakin sedikit, dan ajang pencarian bakat yang hanya sebatas saat hype saja membuat lagu anak-anak tidak sampai di telinga masyarat secara luas.
Melalui lagu, anak-anak dapat bermain sambil belajar. Ini yang seharusnya kita perhatikan.
Fathur Rasyid dalam buku Cerdaskan Anakmu dengan Musik menjelaskan bahwa lagu anak seharusnya memegang beberapa fungsi pembelajaran. Beberapa di antaranya terjadi melalui bahasa emosi, bahasa nada, dan bahasa gerak. Bernyanyi membuat seorang anak dapat mengungkapkan perasaannya; senang, sedih, lucu, kagum, dan sebagainya.
Lagu anak-anak juga idealnya punya misi pendidikan dalam liriknya. Seperti di atas, syair dan kalimat lagu jangan terlalu panjang agar mudah dihafal dan sesuai dengan karakter serta dunia anak. Lagu anak seharusnya juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan diri anak, baik aspek fisik, emosi, kecerdasan, maupun aspek sosial.
Bagaimanapun juga orang tua menjadi penentu tumbuh kembang anak dengan pilihan yang bijak dan terbaik. Berilah konsumsi daya ingat anak dengan konten-konten pembelajaran yang mencerdaskan. Sering bertukar informasi dalam forum-forum parenting juga dapat dijadikan cara untuk mendapatkan media belajar yang baik untuk buah hati tercinta.