Bicara Soal Orang-orang yang Ngebet Untuk Menikah. Hal Ini Kewajiban Atau Kebutuhan?

Menikah itu sebenarnya kewajiban atau kebutuhan sih?

0
8538
Kewajiban atau kebutuhan?

Pernikahan adalah satu hal yang paling sering dibicarakan dalam hubungan. Siapapun yang memulai sebuah hubungan pasti melihat pernikahan sebagai end game. Meskipun semua orang tahu yang namanya pernikahan sampai ke detail mendalamnya, tapi sampai saat ini belum ada orang yang mempertanyakan apa sih sebenarnya kepentingan pernikahan itu di hidup kita.

Semua orang menikah dengan pemikiran bahwa seolah mereka tak punya pilihan lain. Ya, at least itulah yang banyak dipikirkan oleh orang Indonesia. Mungkin orang luar negeri nggak segitunya dengan pernikahan, tapi di Indonesia pernikahan masih menjadi sesuatu yang disakralkan. Namun sejatinya, bagaimana sih posisi pernikahan pada kehidupan kita? Yuk, langsung kita simak aja pembahasannya!

Dalam beberapa sudut pandang menikah adalah kewajiban. Lalu siapa sebenarnya yang mewajibkannya?

Apakah menikah itu kewajiban?

Dalam beberapa sudut pandang, seperti halnya dalam sudut pandang teologi dan budaya, menikah dilihat sebagai kewajiban. Kalau agama alasannya jelas, untuk membuat seseorang tidak liar dalam urusan seksual. Dari sudut pandang budaya pun jelas, demi kelangsungan budaya itu sendiri. Siapa yang akan meneruskan sebuah budaya kalau bukan anak cucu?

Permasalahannya adalah saat seseorang tidak berminat untuk mengikuti misi-misi teologis dan budaya seperti yang sudah dijelaskan di atas, apakah dia masih wajib menikah? Tentu saja tidak. Sejatinya tidak ada suatu hal yang mewajibkan kita menikah selain keyakinan kita sendiri. Manusia memiliki kebebasan tak terbatas. Tak ada jaminan bahwa pernikahan bisa mengurangi keliaran seksual dan tak ada jaminan juga jika pernikahan akan menghasilkan anak yang nantinya mampu meneruskan budaya yang sudah dimiliki si orang tua.

Lalu, apakah manusia butuh menikah? Apa benar-benar butuh satu partner khusus yang menemani seumur hidup?

menikah married couple
Cari teman, bukan cari imam atau makmum!

Dalam bahasan sebelumnya, tidak ada logika yang menjamin bahwa manusia bisa dikekang oleh kewajiban. Nah, dalam konteks ini, satu-satunya hal yang bisa mengekang manusia adalah kebutuhannya sendiri. Jika kita melihat pernikahan dari sisi kebutuhan hidup, jelas sudah jawabannya, semua orang butuh menikah. Bayangkan saja jika kita memilih untuk tidak menikah, siapa nanti yang akan menemani kita tua bersama? Kecuali orang-orang yang memang anti sosial dan benci kepada manusia lainnya, semua orang butuh menikah.

Selanjutnya, dengan melihat pernikahan sebagai kebutuhan, pernikahan jadi tidak terlalu menyeramkan dan segala macam pemanis yang tidak penting bisa dihilangkan. Pernikahan jadi tidak terlihat sebagai sebuah kesakralan, tapi lebih sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Menjadi lebih ringan dan lebih mudah dijalani.

Menikah karena menggugurkan kewajiban adalah hal yang keliru. Menikahlah karena kamu memang butuh itu.

Bukan menggurui atau menghakimi!

Tanpa bermaksud menggurui siapapun, dari pembicaraan di atas jelas terlihat bahwa menikah atas dasar kewajiban bukanlah hal yang tepat. Menikah adalah sebuah hal yang sangat rumit, tak akan jadi baik jika dari awal dimulainya saja, kedua belah pihak sudah memiliki beban. Tidak perlu mengharuskan diri sendiri untuk menikah, tapi tetaplah mencari karena itu adalah kebutuhan. Perbedaan sense ini sepertinya sepele, tapi jika kita melakukannya dengan niat yang berbeda, hasilnya pun akan berbeda.

Lagi-lagi ini bukan tentang menggurui atau menilai buruk pernikahan orang lain, hanya saja saat ini ada banyak orang yang menikah atas dasar kewajiban. Padahal, tak ada yang mewajibkan kita menikah. Bahkan tidak ada hal yang bisa mewajibkan manusia apapun. Manusia mau melakukan sesuatu pasti karena dirinya sendiri, bukan karena hal lain atau orang lain.


Warning: A non-numeric value encountered in /home/casciscus/public_html/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 352